#IniUntukKita Dukung usaha istri, cara suami mendorong UMKM yang Berdikari
"Dalam menyongsong era Revolusi Industri 4.0, kita
dihadapkan dengan berbagai persoalan dalam bidang ekonomi. Terbaru, keluhan
pelaku UMKM saat pandemi."
Tantangan
Setiap hari, pekerjaan utama saya bergelut di bidang
literasi. Dalam kurun waktu 6 bulan, saya harus bekerja di rumah alias work
from home. Dalam kurun waktu tersebut, saya mulai memiliki rutinitas lain yang
sangat bermanfaat, seperti membantu istri berbelanja kebutuhan dapur setiap
pagi di Warung Tetangga, membersihkan rumah, momong anak hingga mengirim paket
pesanan konsumen ke agen ekspedisi.
Setelah satu bulan #dirumahaja karena pandemi, saya mulai
menyadari bahwa menjadi sosok istri di rumah, mengurus suami dan anak yang
masih berusia satu tahun, sembari mengembangkan bisnis dengan modal awal Rp 300
ribu bukanlah hal mudah. Butuh dukungan dari berbagai pihak, dan yang paling
utama dukungan suami.
Boleh jadi saya tidak terlibat langsung dengan bisnis aksesories
wanita, totebag, pouch dan perlengkapan bayi yang dijalankan oleh istri, skill
menjahit kain tak punya, menyetrika produk juga tak mahir, bukannya untung malah
buntung, akhirnya saya hanya bisa memberikan andil dalam mengembangkan bisnis
tersebut dengan senyuman manis berbagi wawasan melalui diskusi, baik
dari segi kualitas produk, branding hingga diskusi peluang pasar di tengah
pandemi.
Sebagai pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang
memasarkan produk melalui daring, di awal pandemi, dampak yang sangat besar
dirasakan oleh istri adalah turunnya permintaan, hingga akses bahan baku yang
sulit, distribusi terhambat, hingga produksi yang terhenti, beberapa penjahit
yang biasa kita rekrut harus gigit jari karena permintaan sepi. Meskipun
dibantu dengan pemasaran produk yang signifikan, permasalahan tersebut tak
kunjung teratasi, butuh inovasi dan berpikir kreatif demi menemukan peluang
kembali.
Kabar sedih pelaku UMKM saat Pandemi.
Di masa serba tak pasti, saya mencoba turut hadir untuk
turut serta mencari jalan keluar, menggali wawasan baru serta turut membantu
istri mencari peluang pemasaran di platform digital, baik dengan riset keyword
yang paling populer, produk unggulan, iklan, hingga membuka toko baru di
marketplace agar usaha istri kembali banjir pesanan. Semakin besar permintaan,
sumber daya manusia di sekitar rumah bisa kembali diberdayakan.
Sedih rasanya ketika saya membaca berita tentang
permasalahan UMKM di Tanah Air saat pandemi. Tentu kondisi ini menjadi
tantangan. Permasalahan yang menimpa jutaan pelaku usaha UMKM sangat dirasakan
betul dampaknya oleh banyak orang.
Sejalan dengan usaha pemerintah, saya terus mendorong istri
agar mengoptimalkan platform digital demi melakukan adaptasi dan inovasi
produk. Menurut data McKinsey dilansir dari situs depkop.go.id, pada Juni 2020
tercatat sejak pandemi terjadi, penjualan di e-commerce naik 26% dan mencapai
3,1 juta transaksi per hari. Meskipun dalam catatan pemerintah di awal 2020,
baru 8 juta UMKM hadir dalam platform digital atau 13% dari total populasi
UMKM.
Saya melihat, usaha mikro akan bangkit dengan hadirnya
berbagai program yang pemerintah tawarkan, seperti restrukturisasi, subsidi bunga,
subsidi pajak, dan juga Bantuan Presiden Produktif bagi usaha mikro yang belum
bankable.
Bangkit
dengan platform digital.
Platform digital adalah kunci kebangkitan UMKM di masa pandemi. Oleh karenanya, pemerintah berkepentingan mempersiapkan sejak dini perubahan pola konsumsi selama pandemi.
Namun, seberapa siapkah pelaku UMKM terjun ke platform digital? Menurut saya, ada tiga hal penting untuk ditekankan kepada pelaku UMKM.
1. Ketertarikan, salah satu faktor untuk
membangkitkan minat pelaku UMKM agar terjun di platform digital. Saya dan istri
sepakat, caranya dengan berbagi kisah sukses berjualan di platform digital
kepada pelaku UMKM demi menumbuhkan rasa penasaran dan ketertarikan lebih
lanjut.
2. Edukasi, memberikan pengetahuan, wawasan dan
masukan kepada sesama pelaku UMKM yang baru terjun di platform digital. Hingga
kemudian pelaku UMKM yang baru terjun di platform digital memiliki kepercayaan yang
tinggi. Seperti beberapa waktu lalu, seorang tetangga yang selama ini berjualan
dengan cara offline, datang ke rumah dan meminta istri saya untuk mengajarinya
cara membuka toko online di salah satu marketplace, serta tips berjualan secara
online. Tentu kami sangat senang atas antusiasme tersebut.
3. Dukungan pemerintah.
Dengan kehadiran pemerintah, pelaku UMKM akan lebih
termotivasi untuk bangkit melalui platform digital. Hal ini ditunjukkan dengan
keseriusan pemerintah menggandeng pelaku UMKM dalam salah satunya program
Bantuan Langsung Tunai.
Teten Masduki menyatakan, hingga saat ini bantuan Banpres
Produktif atau Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebesar Rp 2,4 juta sudah
tersalurkan sebanyak 50 persen dari target yang sudah ditentukan.
"Per hari ini, sudah 50 persen yang sudah tersalurkan.
Tinggal kita bagaimana mempercepat penyaluran dan diharapkan para pelaku UMKM
bisa memanfaatkan bantuan ini," ujarnya dalam acara Karya Kreatif
Indonesia yang disiarkan secara virtual, Minggu (30/8/2020).
Perlu kamu tahu, pelaku usaha mikro di Indonesia yang tidak
menerima kredit modal kerja dan investasi dari perbankan akan mendapat bantuan
produktif Banpres Rp 2,4 juta. Total terdapat 12 juta pelaku usaha mikro di
Tanah Air. Sebagai pelaku UMKM, istri saya kini tengah dalam proses pengajuan
bantuan produktif tersebut.
Selain bantuan dana tunai, pemerintah juga terus
menggalakkan inovasi dalam ekosistem digital. Seperti program Pahlawan Digital
yang menghadirkan perusahaan rintisan lokal yang menjadi inovator solusi
teknologi dan membantu kegiatan usaha UMKM.
Beberapa poin yang saya highlight bisa dimaksimalkan
dengan baik, terutama dengan membangun sinergi antara pemerintah dan pelaku
UMKM. Selain itu, pemerintah terus berupaya menggalakkan sinergitas antar pelaku
UMKM agar terbangun solidaritas yang kuat.
Dimulai dari pelaku UMKM, sinergi antar sesama pelaku usaha mikro harusnya lebih dikuatkan lagi. Baik dengan berbagi informasi, mengatur strategi hingga terbentuk ekosistem yang mumpuni. Jangan goyah, kita pasti bisa!
Comments
Post a Comment